Foto: kumparan
ISMI Kembangkan Produksi Air Nira Kelapa Sawit
Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) wilayah Aceh mulai mengembangkan produksi gula aren yang berasal dari pengolahan air nira kelapa sawit.
Dilansir dari antaranews.com, "Kami melihat peluang besar pada program peremajaan sawit, terutama melalui inovasi yang dilakukan Distanbun Provinsi Aceh dalam menghasilkan dan mengembangkan gula merah berbahan dasar nira kelapa sawit," ujar Ketua ISMI Aceh, Nurchalis, SP MSi, di Meulaboh, Minggu.
Menurut data yang ia terima, potensi ekonomi dari gula aren kelapa sawit sangat menjanjikan. Sebuah pohon sawit mampu menghasilkan 3 hingga 20 liter nira per hari, tergantung pada kondisi kesehatan pohon, lokasi tumbuh, usia tanaman, dan faktor lainnya. Proses ini dapat berlangsung selama 1 hingga 3 bulan.
Jika rata-rata produksi harian mencapai 5 liter selama 2 bulan, total nira yang dihasilkan bisa mencapai 300 liter.
Dari jumlah tersebut, dapat diolah menjadi 60 kilogram gula dengan rendemen sekitar 20 persen. Dengan harga jual Rp10.000 per kilogram, pendapatan dari 1 hektare sawit selama dua bulan dapat mencapai Rp60 juta.
Inovasi dan Dukungan ISMI Aceh
Pengembangan gula aren ini merupakan hasil kerja inovatif Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, bersama Kabid Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan Distanbun Aceh, Azanuddin Kurnia MP.
Menyadari potensi besar ini, ISMI Aceh mulai aktif mendukung dengan mengadakan pelatihan pembuatan gula sawit di Kabupaten Nagan Raya dan di Kampus Pertanian Unsyiah. Program ini melibatkan kerja sama dengan Ikatan Alumni Unsyiah Banda Aceh dan Distanbun Aceh.
"Kami berupaya mendukung Distanbun Aceh dan kebijakan Plt Gubernur Aceh yang mendorong optimalisasi potensi lokal. Kami yakin gula sawit adalah produk lokal yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk dikembangkan," jelas Nurchalis.
ISMI Aceh juga berkomitmen untuk memperluas pasar, baik di tingkat nasional maupun internasional, serta meningkatkan pelatihan bagi petani dan pelaku usaha terkait.
Manfaat Bagi Petani dan Ekonomi Lokal
Azanuddin Kurnia MP menambahkan bahwa inovasi ini bertujuan memberikan nilai tambah bagi petani sawit, terutama dalam program peremajaan sawit rakyat. Dengan mengolah limbah batang sawit menjadi gula aren, petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan sebelum tanaman sawit baru mulai berproduksi.
Selain itu, program ini juga mencakup pelatihan untuk meningkatkan keterampilan petani, integrasi dengan program Pajale (Padi, Jagung, Kedelai), serta pengembangan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi petani sekaligus mendukung keberlanjutan industri sawit.
"Produksi gula aren dari kelapa sawit adalah alternatif ekonomi yang menjanjikan, terutama bagi petani yang sedang dalam masa peremajaan. Kami berharap semakin banyak pihak yang tertarik untuk terlibat dalam pengembangan produk ini," kata Azan.
Ke depan, Distanbun Aceh bersama ISMI Aceh akan terus mempromosikan inovasi ini dan mengajak petani untuk menjadikan gula sawit sebagai peluang usaha yang berkelanjutan.