Miracle Tree, Daun Kelor Dalam Kebudayaan Miracle Tree, Daun Kelor Dalam Kebudayaan

Moringa Powder Timurasa Indonesia

  • RAA
  • Kamis, 31 Oktober 2024 - 10:59 WIB

Miracle Tree, Daun Kelor Dalam Kebudayaan


Daun kelor (Moringa oleifera) memiliki sejarah panjang dalam berbagai budaya, terutama di kawasan tropis dan subtropis. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman ajaib atau miracle tree karena kandungan nutrisinya yang sangat tinggi dan manfaatnya yang luas bagi kesehatan.

Daun kelor berasal dari wilayah Himalaya di India Utara, dan sejarah mencatat bahwa penduduk di sana sudah lama menggunakan tanaman ini untuk kebutuhan medis dan kuliner. 


Kelor berasal dari wilayah sekitar kaki Gunung Himalaya, terutama di India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan.

Dari sana, kelor menyebar ke Asia Tenggara, Afrika, dan akhirnya sampai ke Amerika Selatan.

Melalui rute perdagangan, terutama oleh para pedagang India dan Arab, tanaman ini tersebar luas ke berbagai wilayah tropis dan subtropis lainnya, di mana tanaman ini kemudian tumbuh subur.

Di Afrika, daun kelor telah dimanfaatkan selama berabad-abad untuk mengatasi kekurangan gizi, terutama di daerah yang kering dan tandus.

Kelor dianggap sebagai solusi pangan yang praktis karena mampu tumbuh di tanah yang kurang subur dengan kebutuhan air yang relatif sedikit. 

Penggunaan di Berbagai Kebudayaan
Di India, kelor telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional Ayurveda, yang menganggap kelor sebagai tanaman dengan khasiat penyembuhan berbagai penyakit. 

Berdasarkan Ayurveda, hampir seluruh bagian dari pohon kelor, mulai dari daun, kulit, hingga bijinya dipercaya memiliki manfaat untuk kesehatan, seperti mengobati infeksi, meredakan peradangan, hingga menjaga kekuatan sistem kekebalan tubuh.

Sementara itu, di Afrika, daun kelor menjadi bagian penting dari pengobatan tradisional. Masyarakat lokal menggunakan kelor untuk menangani malnutrisi, anemia, dan berbagai penyakit kulit.

Daun kelor bahkan dijadikan bahan utama dalam ramuan untuk memperkuat kesehatan ibu dan anak. Di Filipina, kelor dikenal sebagai "malunggay" dan telah lama dikonsumsi sebagai makanan bergizi tinggi serta obat alami.

Di Indonesia, kelor juga dikenal luas dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat selama ratusan tahun.

Awal mula tanaman ini ditemukan di berbagai pelosok wilayah Indonesia dan digunakan sebagai sayur atau ramuan herbal.

Dalam budaya Jawa, ada tradisi memanfaatkan daun kelor untuk berbagai ritual, termasuk sebagai tanaman penangkal energi negatif.