Foto: rey
Pengakuan WHO Untuk Kelor
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai melirik tanaman kelor pada abad ke-20, ketika melihat potensi tanaman ini dalam membantu mengatasi masalah malnutrisi di negara-negara berkembang.
WHO menyebut kelor sebagai “pohon ajaib” karena mampu memberikan sumber nutrisi tinggi dengan biaya yang sangat rendah.
Daun kelor kaya akan vitamin C, vitamin A, zat besi, kalsium, serta protein, dan sangat cocok untuk membantu meningkatkan kesehatan di kawasan-kawasan miskin.
Beberapa lembaga internasional lainnya, seperti UNICEF dan FAO, juga mendukung penggunaan kelor dalam program pemberian makanan tambahan, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil di negara-negara yang rawan pangan.
Di banyak negara Afrika, tanaman ini kemudian dikembangkan dalam program nasional untuk memperbaiki gizi dan kesehatan.
Penelitian mengenai daun kelor semakin meningkat di abad ke-21, terutama setelah kandungan nutrisinya yang kaya mulai dikenal di berbagai belahan dunia.
Di luar kandungan vitamin dan mineralnya, kelor juga mengandung senyawa antioksidan yang mampu membantu melawan radikal bebas serta memiliki potensi dalam mendukung kesehatan jantung dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Karena sifatnya yang mudah tumbuh dan rendah perawatan, daun kelor menjadi perhatian utama dalam upaya pertanian berkelanjutan.
Banyak negara kini menggalakkan budidaya kelor, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal tetapi juga untuk tujuan ekspor.
Di Indonesia sendiri, kelor semakin populer sebagai tanaman bernilai ekonomi tinggi, dan berbagai UMKM mulai mengolah daun kelor menjadi berbagai produk makanan, minuman, kosmetik, hingga suplemen kesehatan.