Foto: kompas
Potensi Besar Wonogiri Sebagai Penghasil Kacang Mete
Wonogiri dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kacang mete unggulan di Indonesia. Kacang mete yang dihasilkan dari wilayah ini memiliki cita rasa yang unik dan khas jika dibandingkan dengan daerah lainnya.
Dilansir dari solopos.com, Subkoordinator Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Wonogiri, Parno, menyebutkan bahwa proses produksi kacang mete cukup panjang dan memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak. Inilah salah satu alasan mengapa harga kacang mete di pasaran relatif tinggi.
Tingginya harga kacang mete disebabkan oleh banyaknya tahapan yang harus dilalui mulai dari panen hingga produk siap konsumsi. Setiap langkah dalam pengolahan kacang mete biasanya melibatkan banyak pekerja, bukan hanya satu produsen atau individu.
"Rasa kacang mete Wonogiri sangat khas, ada rasa gurih yang disertai sedikit manis. Kacang mete ini bisa dibilang sebagai makanan kelas atas karena harganya yang premium," ujar Parno.
Proses pertama dimulai dengan memanen jambu mete yang sudah matang. Dari panen tersebut, dihasilkan biji mete gelondong yang masih dalam kondisi basah.
Sebelum dipasarkan, biji mete tersebut dijemur selama dua hingga tiga hari untuk mengurangi kadar airnya. Setelah kering, biji mete gelondong dijual kepada pengepul atau pengolah mete.
Pedagang kemudian mengupas kulit biji mete dengan bantuan buruh. Setelah dikupas, biji mete dijemur kembali selama satu atau dua hari agar benar-benar kering dan siap diolah lebih lanjut.
"Jika sudah dipastikan kering, biji mete bisa mulai diolah menjadi produk siap konsumsi," tambah Parno.
Kepala Dispertan Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, menjelaskan bahwa tanaman jambu mete sudah lama tumbuh dengan baik di Wonogiri karena kondisi geografisnya yang mendukung. Tanaman ini tidak membutuhkan banyak air dan perawatannya pun tergolong mudah.
Lima kecamatan di Wonogiri yang menghasilkan mete terbanyak adalah Kecamatan Jatiroto dengan produksi 2.053 ton per tahun, Ngadirojo dengan 3.491 ton per tahun, Sidoharjo dengan 2.403 ton per tahun, dan Jatisrono dengan 1.967 ton per tahun.